Masjid Strasbourg Sumber Ketegangan Perancis-Turki

Masjid Strasbourg Sumber Ketegangan Perancis-Turki
Pembangunan Masjid Sultan Eyyub di Strasbourg, Perancis timur. Dewan Kota Strasbourg menyetujui setidaknya 2,5 juta euro dana publik untuk pembangunan yang dipimpin oleh Asosiasi Milli Gorus (CIMG), 6 April 2021. (Foto: AFP/Frederick Florin)

BorneoTribun Internasional -- Kerangka beton Masjid Eyyub Sultan di Strasbourg, Perancis timur, telah menjadi sumber banyak keluhan, mulai dari pertikaian partisan sampai ke pertikaian lama antara Islam dan falsafah sekuler yang kuat di negara itu. 

Keluhan itu juga mencerminkan kekhawatiran semakin besar di dalam Uni Eropa dengan pengaruh internasional Turki yang semakin besar.

Dimulai dengan klaim keprihatinan campur tangan asing, khususnya dari Turki, seorang pejabat tinggi Perancis mengajukan tuntutan hukum minggu ini atas keputusan pemerintah kota Strasbourg yang beraliran kiri yang hendak memberi subsidi pada pembangunan masjid, yang dirancang sebagai masjid terbesar di Eropa. 

Langkah ini kebetulan terjadi bersamaan lawatan yang langka dari para pemimpin Uni Eropa ke Ankara untuk memperkecil perbedaan antara Eropa dan Turki.

Mendasari kedua isu ini, menurut analis, Uni Eropa bergantung pada Turki sebagai benteng yang mencegah banjir pengungsi besar-besaran. Negara-negara Uni Eropa “membutuhkan Turki. 

Kalau Turki membuka perbatasannya, apa yang akan terjadi?” kata pakar Muslim, Erkan Toguslu, dosen di Universitas Katolik Leuven. 

Ia juga memperingatkan pengaruh Ankara yang semakin besar di kawasan Eropa, yang menyebar melalui Islam yang nasionalis sifatnya.

Peringatan itu tampaknya didengar Presiden Perancis Emmanuel Macron. Dia telah bertengkar secara pahit dan pribadi dengan rekan setaranya dari Turki, Recep Tayyib Erdogan, mulai dari isu-isu konflik di Libya dan Suriah, sampai ke eksplorasi minyak dan gas oleh Turki di bagian timur Laut Tengah.

Baru-baru ini fokus Macron beralih ke dalam negeri, dan bulan lalu dia memperingatkan Ankara agar jangan ikut campur dalam pemilihan presiden Perancis tahun depan. Pemerintahannya juga menarget kelompok-kelompok Turki yang dicurigainya.

Para anggota parlemen Perancis juga sedang memperdebatkan produk legislatif untuk memerangi ekstremisme, yang akan melarang dana asing untuk kelompok keagamaan. Di antara kelompok yang ditarget adalah asosiasi Turki Milli Gorus, salah satu penyandang dana utama untuk masjid Strasbourg.

Dalam wawancara dengan radio Perancis, Selasa, menteri dalam negeri Perancis yang berhaluan garis keras, Gerald Darmanin, mengancam akan membubarkan Milli Gorus dan kelompok lain yang dinilainya “musuh Republik,” dan dia mencatat penolakan asosiasi Turki untuk menandatangani piagam pemerintah yang baru berupa penentangan terhadap ekstremisme. 

Darmanin juga menarget walikota Strasbourg dari Partai Hijau, Jeanne Barseghian. Ia menyesalkan dukungan dana hampir $3 juta bagi Masjid Strasbourg.

Bagi sebagian analis, pertikaian seputar pendanaan masjid dan peringatan Macron tentang kemungkinan campur tangan pemilihan oleh pihak asing, kemungkinan ditujukan kepada pemilih Perancis, dan kritikus, mengacu pada peralihan presiden ke spektrum kanan menjelang pemilihan tahun depan.[jm/ka]

Oleh: VOA
Tinggalkan Komentar anda Tentang Berita ini