BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Pemerintah Filipina telah menyerahkan empat eks sandera Abu Sayyaf asal Indonesia kepada pemerintah Indonesia. Keempat WNI itu dinyatakan dalam kondisi sehat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada VOA, Rabu (24/3) memastikan empat eks sandera Abu Sayyaf asal Indonesia dalam keadaan sehat.
“Kemarin (23/3) sudah diserahkanterimakan oleh pemerintah Filipina kepada pemerintah Indonesia dan mereka dalam kondisi sehat, sudah menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk memastikan terkait Covid-19," kata Faizasyah.
Namun, Faizasyah belum dapat memastikan kapan keempat warga Indonesia itu dipulangkan ke tanah air untuk dikembalikan pada keluarga masing-masing.
Serah terima eks sandera itu dilakukan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana yang didampingi oleh Kepala Kepolisian Filipina Letnan Jenderal Guillermo Eleazar kepada Duta Besar Indonesia untuk Filipina Widya Rahmanto. Serah terima tersebut dilakukan di ibu kota Manila hari Selasa (23/3).
Keempat warga Indonesia yang baru yang dibebaskan dari sekapan Abu Sayyaf selama setahun lebih itu adalah AK (30 tahun), AD (42 tahun), AR (26 tahun), dan KR (14 tahun).
Mereka diterbangkan menggunakan pesawat militer Filipina dari Zamboanga di selatan Filipina ke Manila pada hari Minggu lalu (21/3).
Untuk mengantisipasi penculikan lain oleh Abu Sayyaf, lanjut Faizasyah, pihak keamanan dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina - telah bekerjasama dalam hal pertukaran informasi intelijen dan patroli keamanan laut.
Dia menambahkan pemerintah meminta nelayan yang biasa menangkap ikan hingga perairan internasional untuk menghindari daerah-daerah rawan yang menjadi basis kegiatan Abu Sayyaf di laut.
Menurut Faizasyah, pihak keamanan Filipina juga sudah memperingatkan kapal-kapal penangkap ikan asal Malaysia untuk tidak melintasi wilayah-wilayah yang rawan di sekitar Kepulauan Sulu.
Daerah Kepulauan Sulu Dikenal Sebagai Sarang Perompak
Peneliti perbatasan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sandy Raharjo menjelaskan dari sisi sejarah, daerah sekitar Kepulauan Sulu memang terkenal sebagai sarang perompak. Selain itu, sejak lama sudah ada kegiatan lintas batas yang melibatkan warga dari ketiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Hanya saja tidak pernah ada kejadian penculikan warga Indonesia oleh perompak yang beroperasi di perairan Kepulauan Sulu karena adanya kedekatan budaya, ras, dan agama.
Sandy menambahkan penculikan terhadap warga Indonesia oleh Abu Sayyaf mulai marak setelah pemerintah Indonesia dan pemilik kapal memberi uang tebusan untuk membebaskan warga Indonesia yang tidak sengaja ditangkap Abu Sayyaf sekitar tahun 2016.
Karena pemberian uang tebusan tersebut, menurut Sandy, Abu Sayyaf kerap mengulangi tindakan menyandera warga Indonesia yang bekerja sebagai nelayan atau anak buah kapal ketika kapal mereka berlayar di sekitar Kepulauan Sulu.
"Akhirnya kemudian pola itu, dari titik dibayar uang tebusan, jadi semacam pemicu untuk melakukan kasus yang berulang lagi. kalau misalnya kita bisa menangkap WNI itu, kemungkinan besar mereka tetap akan membayar kita. Titik itu yang kemudian jadi krusial, kenapa terus menerus penculikan terhadap warga negara kita, teruatama para ABK yang bekerja di kapal-kapal banyak beroperasi di sekitar Laut Sulawesi itu," ujar Sandy.
Menurutnya faktor kemiskinan, ketertinggalan pembangunan, politik identitas dan tidak adanya pengakuan membuat Abu Sayyaf dan kelompok perompak itu masih terus bercokol. Jika pemerintah Filipina mau mengakui, menghormati, dan mengakomodasi politik identitas warga Muslim di Filipina Selatan, sambil sekaligus memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat, peneliti LIPI ini menilai masalah Abu Sayyaf dapat diselesaikan.
Militer Filipina Bebaskan Sandera
Militer Filipina pada Sabtu malam pekan lalu (20/3) terlibat baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf yang menyandera empat warga Indonesia. Dalam pertempuran tersebut, pemimpin Abu Sayyaf yang menyekap keempat warga Indonesia, Majan Sahidjuan alias Apo Mike, luka parah.
Apo Mike kemudian berusaha kabur menggunakan perahu menuju Tawi-Tawi, namun perahu mereka terbalik setelah dihantam ombak besar. Hal itu memberi kesempatan pasukan keamanan Filipina untuk menyelamatkan tiga dari empat warga Indonesia yang disandera, yakni AK, AD, dan AR. Sedangkan KR ditemukan pasukan Filipina di desa tempat kontak tembak dengan kelompok Abu Sayyaf. [fw/em]
Oleh: VOA Indonesia