Produk pemutih bersteroid picu ketergantungan hingga kerusakan kulit

Produk pemutih bersteroid picu ketergantungan hingga kerusakan kulit
Produk pemutih bersteroid picu ketergantungan hingga kerusakan kulit. (ANTARA)
Jakarta - Dokter spesialis kulit lulusan Harvard Medical School dr. Arini Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV mengemukakan penyalahgunaan obat steroid kerap ditemukan pada produk kecantikan sebagai pemutih pada kulit berpotensi memicu ketergantungan hingga kerusakan kulit.

"Ngomongnya di online-online kayak obat pemutih, padahal dalamnya steroid," kata dr. Arini Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV dalam diskusi kesehatan, di Jakarta, Kamis (18/7).

Arini mengatakan penggunaan steroid dalam bentuk topikal (dioles) maupun oral (diminum) sama-sama berpotensi menyebabkan ketergantungan.

Steroid dinilai kayak "obat ajaib", karena membantu menghilangkan masalah kulit secara cepat, seperti flek, jerawat, hingga eksim. Namun, begitu berhenti digunakan cepat kembali muncul masalah tersebut.

"Misalnya kalau mereka punya masalah kulit, terus mengonsumsi sesuatu, kemudian membaik tapi begitu disetop, kambuh lagi atau jauh lebih parah. Nah ini seringkali terjadi pada penggunaan steroid," ujar dia.

Dalam banyak kasus, efek samping dari penggunaan produk bersteroid yang sembarangan justru membahayakan kesehatan kulit. Dokter lulusan Universitas Indonesia itu, juga mengatakan banyak menemukan pasien yang mengalami efek samping akibat penggunaan steroid, seperti jerawat parah pada pengguna yang sebelumnya tidak memiliki masalah kulit.

"Dia jadi buluan satu badan, ada stretchmark gede-gede satu badan yang sifatnya permanen. Jadi bayangin kayak orang stretchmark di perut ini di satu badan merah-merah semua," kata dia lagi.

Tidak hanya ditemukan dalam produk kecantikan sebagai pemutih, penyalahgunaan obat streroid juga ditemukan pada produk untuk penambah berat badan.

"Pada dasarnya dia bukan penambah berat badan, tapi dia bengkak, jadinya dia nambah beratnya," ujar dia.

Lebih lanjut, Arini menambahkan steroid bersifat sebagai obat, sehingga penggunaannya tidak bisa sembarangan harus di bawah pengamanan dokter. Namun, sayangnya, produk yang mengandung steroid masih ditemukan dijual di Indonesia.

"Dan ini masih ada di Indonesia, padahal dari orang BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sudah koar-koar dan lain-lain, tapi hal itu masih terjadi," katanya pula.

Oleh : Sri Dewi Larasati/ANTARA
Tinggalkan Komentar anda Tentang Berita ini